Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Blogger Template From:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Membaca dan Terima Kasih atas Kunjungannya

Selasa, 28 Oktober 2014

Kutipan Kedua dari Novel Catatan Hati Seorang Istri oleh Asma Nadia


Entah kenapa, saya yang masih berstatus lajang dan belum menikah namun telah memiliki seorang pujaan hati yang telah kulalui bersamanya selama dua tahun ini begitu terneyuh membaca sebuah kisah yang ditulis Asma Nadia dalam CHSI-nya ini. Mungkin, perasaan ini muncul karena murni, kami sama-sama perempuan. Pun, saya belum menikah, toh kelak saya akan menjadi seorang istri. Insya Allah.

Mungkin, diantara teman-teman, sudah ada yang pernah membaca novel CHSI ini. Coba baca kembali jika sudah lupa tulisan Asma yang berjudul “Perempuan Misterius”. Entah, ini kisah pribadi sang penulis atau bukan. Jika belum pernah membacanya, entah kalian perempuan atau laki-laki yang membaca, saya menyarankan, bacalah !

Tulisan Asma tersebut bercerita tentang kehidupan rumah tangga seorang wanita yang sudah dibinanya bersama sang suami selama lima belas tahun. Sang suami di mata sang istri adalah seorang laki-laki bertanggung jawab, shaleh, dan sempurna. Lima belas tahun, tak sedetikpun sang istri merasa cemburu dan curiga terhadap sang suami. Tapi, semuanya berubah ketika suatu hari sang istri menemukan deretan SMS dari nama kontak yang aneh di kotak pesan masuk handphone sang suami. Padahal, sebelumnya, sang istri tidak pernah tergerak hatinya untuk sekadar masuk pada menu SMS di handphone sang suami tersebut. Ya, tak dipungkiri, atas kehendak Allah, tergeraklah jari sang istri untuk mengeceknya. Sang istri membaca satu persatu pesan tersebut. Hatinya terkoyak begitu mendapat pesan bernada mesra. Sang istri saat itu, lantas tidak langsung diliputi perasaan curiga yang menutupi hati dan logikanya. Ia pun lalu menelusuri kotak pesan terkirim sang suami. Dengan hati yang semakin terkoyak, kini sang istri harus mendapati kenyataan pahit bahwa deretan pesan singkat mesra di kotak masuk dibalas mesra pula oleh sang suami. Atas pengakuannya sendiri, sang suami mengaku telah menjalin hubungan dengan perempuan misterius selama tiga tahun. Tak terbayang di pikiran sang istri, apa yang telah terjadi di antara sang suami dan perempuan misterius itu selama tiga tahun.

Tulisan Asma Nadia ini betul-betul berhasil membuat saya terenyuh. Membayangkan saya berada di posisi sang istri. Naudzubillah minzaliik.

Memang betul, bahwa yang terpenting dalam sebuah hubungan ialah komunikasi dan kepercayaan. Masing-masing pihak wajib memiliki andil dalam membangun keduanya dengan takaran yang setara. Tidak boleh ada yang lebih dan tidak boleh ada yang kurang. Dari kisah tersebut, saya berpikir, kepercayaan apa lagi yang tersisa pada sang istri setelah kejadian tersebut. Sia-sia adalah satu kata penutup, dan memaafkan mungkin jadi pengobatnya.

Terlalu banyak laki-laki diluar sana yang sepertinya belum memahami arti kepercayaan. Begitu dangkalnya kah mereka berpikir, hingga tak mampu menelaah apa akibat jika rasa “jatuh cinta lagi pada wanita lain” nya mereka lanjutkan ?

Pertanyaan saya diatas mungkin tidak berlaku jika kepercayaan dapat dibeli. Meskipun demikian, seandainya kepercayaan dapat ditukar dengan Rupiah, saya berani bertaruh, tidak ada seorang pun yang mampu membelinya ataupun sekadar untuk memperbaikinya. 

Teruntuk seorang pria diluar sana… Disini, ada kepercayaan yang telah kau rusak, namun telah kuperbaiki sendiri dengan memberimu maaf. Masihkah ada niat terbersit di benakmu untuk mengikis sisa kepercayaan ini ? Harus berapa kali lagi saya menerima ujian-ujian hati darimu disaat –saat seperti ini ? Saat dimana jiwa dan ragaku telah kuniatkan hanya untukmu kelak ketika kita telah halal. Apakah niat kita sama ? Apakah janjimu masih utuh ? Apakah kau serius dengan semua ini ? Seringkali, deretan pertanyaan ini kusampaikan padamu. Memang, jawabanmu selalu sama. Tapi, sayangnya hatiku tak pernah mampu meraba keseriusan yang kau bilang itu. Beruntung, karena sisa kepercayaan inilah yang mengantarkanku kesini, di dua tahun kita. Tunjukkan, jika kau mau melihat bagaimana sebenarnya cara saya mencintaimu. Kenapa ? Terkesan egoiskah kalimat saya barusan ? Toh, saya hanya bersikap layaknya perempuan lain diluar sana yang diminta dan bukan meminta, perempuan yang menunggu dan bukan yang mendahului. 

Untuk menghindari kemunafikan,  untuk pria lain diluar sana yang “mungkin” akan betul-betul menjadi jodohku… Disini, ada kepercayaan yang masih utuh jika kau mau meraih kemudian menjaganya.

Selamat malam.





 

Please Smile...!!!

Segalanya akan indah jika kita menyadari bahwa tak ada di dunia ini yang sia-sia