Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Blogger Template From:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Membaca dan Terima Kasih atas Kunjungannya

Selasa, 24 Januari 2012

Untuk Mereka yang Tidak Sengaja Kukenal

Libur weekend kemarin emang pas dipake buat pulang kampung. Apalagi ditambah libur imlek yang jatuh tepat hari Senin. Otomatis donk, liburnya bertambah, dan gak ada lagi kata “I HATE MONDAY:)  Eh, hampir lupa ngucapin selamat tahun baru imlek. ”Selamat tahun baru Imlek yaa, Gong Xi Fat Chai.. hehe (maaf klo penulisannya salah). 

Back to topic. Kebetulan dapat waktu free, saya pun memutuskan untuk
ikut pulang ke Malino (daerah asal saya) bersama mama yang kebetulan ingin pulang juga ke Malino sehabis mengunjungi saya. Yah, maklum lah sekarang saya tinggal terpisah dr orang tua. Dan hampir setiap minggu orang tua saya menyempatkan untuk menengok saya, itupun klo mereka tidak terlalu sibuk.

Kamis sore, saya pun berangkat ke Malino. Berselang tiga hari. Minggu siang, saya kembali ke Sungguminasa (daerah tempat tinggal saya sekarang). Di perjalanan, saya teringat dengan dua orang teman saya. Ika dan Yayang namanya. Waktu itu kami bertemu dan berkenalan secara tidak sengaja. Mereka mengalami kecelakaan dalam perjalanan mereka menuju Malino bersama rombongan. Kebetulan mereka berdua berboncengan. Kejadiannya sih sudah lama, yah sekitar  satu setengah tahun yang lalu.

Hmmm…
Izinkan saya flashback yah, semoga ada hikmah yg bisa kita ambil dari pengalaman saya ini.

Waktu itu di atas mobil keluarga, hanya ada saya, tetta (read:panggilan ayah untuk suku Makassar) dan seorang pekerja (tukang) rumah. Sengaja ayah saya membawa tukang tersebut untuk bekerja di rumah saya yang berada di Sungguminasa, rumah itulah yang saya tempati sekarang. Saat itu, rumah tersebut memang sedang direnovasi.

Di tengah perjalanan, saya yang sedang asyik terbuai mimpi tiba-tiba terbangun karena kaget dengan suara ketukan di jendela mobil. Saya pun langsung melek. Sontak, saya melihat seorang cowok yang mengetuk-ngetuk kaca mobil  sambil memohon-mohon agar ayah saya menghentikan laju kendaraannya. Setelah ayah saya membuka kaca mobilnya, cowok itu langsung meminta pertolongan dengan wajah yang terlihat sangat panik.
“pak, tolong teman saya”
“kenapa temannya?” ayah saya bertanya
“kecelakaan motor pak. Tolong pak, beri mereka tumpangan ke rumah sakit terdekat”.
“ooo, iya. Silahkan bawa temannya ke atas mobil”

Wah, mendengar percakapan antara ayah dan cowok itu, saya langsung dag dig dug serrr….

Gimana gak dag dig dug. Mobil ayah saya berjenis mobil sedan, cuma ada dua kelas untuk penumpang. Sementara tempat duduk yang kosong cuma ada di samping saya. Itu artinya, saya bakalan duduk dekat orang yang emngalami kecelakaan itu. Awalnya sih, saya nyantai-nyantai aja. Difikiran saya, korbannya gak separah yang saya bayangkan. Saya fikir, palingan Cuma luka-luka di kaki atau tangannya. Eh, gak taunya, pas korbannya dibawa masuk ke mobil. Wow, parah…!!!! Saya kaget bukan main. Tau gak pemirsa, daging bibir bagian atasnya nyaris putus. Yaa Allah…!!! Saya langsung merinding. Temannya yang satu, lukanya gak terlalu parah, hanya luka-luka kecil di bagian kakinya. Dan yang bikin saya tambah merinding, begitu mereka naik ke mobil, mereka langsung nangis. Rasa kantuk ku mendadak hilang.

Kebetulan gak ada rumah sakit terdekat dari lokasi kejadian. Rumah sakit yang paling dekat jaraknya puluhan kilometer. Saya hanya bisa bilang sama mereka “sabar yah KAK, disini gak ada rumah sakit terdekat”. 

lokasi kejadian kecelakaan

Dalam perjalanan, saya pun berkenalan dengan mereka berdua. Namanya Ika (korban yang bibirnya robek) dan Yayang (korban yang luka ringan). Sementara Ika tertidur pulas di paha saya sambil memegang bibirnya yang terus mengeluarkan darah, saya dan Yayang terlibat percakapan. Ada hal yang sedikit lucu dari percakapan saya bersama Yayang.

“kuliah dimanaki KAK ?” saya pun mengawali
“belum kuliah, masih sekolah”
“ooo, sekolah dimanaki KAK?”
“SMA Nasional”
“ooo, dalam rangka apa ki ke Malino? Perpisahan sekolah?”. Saya pun mencoba menebak, dan boleh dikata rada-rada sotta’ (sok tahu, hihi). Mengapa saya berpikir demikian? Karena, kebiasaan para pendatang menjelang akhir tahun pelajaran, biasanya mengadakan perpisahan sekolah di Malino.
“bukan, ada kegiatan hiking sama teman2ku. Lagian saya masih kelas dua. Klo kita kelas berapaki?” Yayang balik bertanya.

Sebelum menjawab, saya langsung tersenyum dan sedikit ingin tertawa. Andaikan gak ada Ika yang lagi tidur dipangkuan saya, mungkin saya udah ketawa kaliii. 

“astaga..saya kira lebih tuaki’ dari saya, saya sudah kelas tiga, sementara menunggu pengumuman lulus”.

Mendengar jawaban saya, Yayang langsung tersenyum dan kelihatannya juga ingin tertawa.

“astaga…terbalik, harusnya saya yang panggil KAK sama kita”

Dalam hati saya, yaa setidaknya ada sedikit senyum yang tergambar dari raut wajah Yayang.

Setelah percakapan tadi, suasana dia atas mobil kembali hening. Saya kembali menatap sosok wajah yang tengah tertidur pulas di pangkuan saya. Miris saya melihat keadaannya. Kasihan sekali teman baru saya ini.

Sebelumnya, saya juga sempat menanyakan kronologis kecelakaan mereka kepada Yayang. Yayang pun dengan suara bergetar menceritakan kejadiannya. Ternyata, mereka berdua berboncengan dengan mengendarai kendaraan roda dua berjenis matic berwarna putih. Ika yang mengendarainya. Ternyata, saat itu, Ika dalam keadaan mengantuk. Tepat disebuah tikungan yang tidak terlalu tajam, Yayang merasakan ada yang aneh dengan laju motor mereka. Seketika itu pula, mereka jatuh dan Ika terpental hingga bibirnya mengenai sebuah benda yang menyebabkan bibirnya robek. Entah itu terkena aspal atau batu. Saya kurang ingat kronologisnya.

Dalam perjalanan, Yayang tampak sangat histeris. Bahkan, ia tak mau melihat wajah Ika yang sudah dipenuhi darah dibagian mulutnya. Sambil menghadap ke kaca jendela mobil, Yayang mengeluarkan pernyataan. Sepertinya, pernyataannya ini menggambarkan sebuah penyesalan. Ia sempat berkata, akan membuang semua perlengkapan hiking nya. Dan berjanji gak bakalan mau ikut kegiatan itu lagi.

*************

Gak terasa, kami sampai di RSUD. Disana sudah banyak teman-temannya yang menunggu. Ayah saya pun menghentikan mobilnya tepat di depan gedung UGD. Teman-temannya langsung menghampiri mobil kami dan seseorang dari mereka yang tampaknya merupakan kekasih dari Ika langsung menggendong Ika dan membawanya masuk ke dalam ruang UGD. Saya tidak ikut masuk waktu itu, saya memutuskan untuk tetap tinggal di atas mobil. Hanya ayah saya yang turun dari mobilnya dan berpamitan kepada teman-teman Ika dan Yayang.

Seketika itu pula, kami beranjak meninggalkan mereka, dan berharap mereka baik-baik saja. Setelah kejadian itu, saya tidak tahu lagi bagaimana kabar mereka.

Buat Ika dan Yayang, apa kabar kalian??? Semoga baik2 saja yah. Sekarang udah kuliah yah???
Bagaimanapun keadaan kalian, doaku selalu menyertaimu teman.  Semoga ada hikmah di balik semuanya.

Dan percayalah satu hal bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hambaNya. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah:286, “Aku tidak membebankan sesuatu pada seseorang, melainkan sesuai kemampuannya”.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Please Smile...!!!

Segalanya akan indah jika kita menyadari bahwa tak ada di dunia ini yang sia-sia