Desember ku Kali ini akan lebih kurasakan indah tanpamu wahai
makhluk yang tak dapat ku tebak inginnya…
Bukan karena kehadiran makhluk lain yang mampu kutebak
inginnya.
Biar kujelaskan alasanku, kau jg tak akan peduli.
Biar kujelaskan alasanku, kau jg tak akan peduli.
Jadi, biarkanlah kusimpan sendiri.
Kenapa ???
Kamu kebaratan ???
Butuh penjelasan ???
Kamu kebaratan ???
Butuh penjelasan ???
Sudahlah sayang !!! Tak ada gunanya lagi.
Meski tak dapat kupungkiri bahwa sosokmu masih sering
mengacaukan pikiranku.
Mengerti sekarang ???
Baca baik-baik kalimat di atas, “sosokmu masih sering mengacaukan pikiranku”. Ya, kau terlalu mengganggu hidupku. Bisakah sejenak kau pergi??? Izinkan otakku beristirahat, kumohon !!!
Baca baik-baik kalimat di atas, “sosokmu masih sering mengacaukan pikiranku”. Ya, kau terlalu mengganggu hidupku. Bisakah sejenak kau pergi??? Izinkan otakku beristirahat, kumohon !!!
Yang mampu kujelaskan sekarang hanyalah keadaanku saat ini.
Bukan sesaat setelah kau pergi, tapi setelah beberapa saat kepergianmu.
Saya tak berniat menguraikan keadaanku setelah kau pergi,
karena tanpa kujelaskan kaupun telah mengetahuinya. Saya yakin itu.
Yang terpenting adalah bagaimana keadaanku saat ini.
Ya !!! Bukan bahagia yang amat sangat kurasakan, namun bukan
pula sedih yang teramat sangat. Rasanya saya tengah berada di dunia transisi.
Kadang sedih, kadang bahagia. Namun kadarnya terasa biasa saja. Mungkin karena
saya telah mengerti akan ketetapan Tuhan.
Sekarang, meski tanpa ada pesan singkat ataupun kabar darimu
saya tetap tenang. Tak ada lagi sifatku yang sering uring-uringan jika seharian
saya tak mendengar suaramu atau hanya mendapat pesan singkat yang selalu
membuatku merasa bahagia.
Ya, inilah saya. Saya dengan senyumku yang mengembang, tanpa
ragu melangkah kedepan. Bersiap menata kembali kisahku bersama orang-orang
disekitarku yang terasa kesetiaannya, meski mereka belum terlalu mengenalku.
Tapi, selalu berusaha untuk mengenalku. Berusaha memahamiku. Berusaha mengerti
diriku. Tampak egois memang. Saya pun yakin mereka sadar akan keegoisanku.
Tapi, toh mereka tetap bertahan dengan kesetiaanya terhadapku.
Terima kasih untukmu yang telah berjanji setia, meski pada
akhirnya tak dapat menepati janjinya.
Terima kasih untukmu yang telah berjanji akan selalu
menyayangiku, meski pada akhirnya tak dapat menepati janjinya.
Terima kasih untukmu yang telah kuberi kepercayaan lebih,
meski pada kahirnya kau sia-siakan kepercayaan itu.
Terima kasih untukmu yang telah berjanji akan mengenalku lebih
jauh, meski pada akhinya kau mengaku menyerah.
Dan terima kasih untukmu yang telah membuatku sangat bahagia,
meski pada akhirnya bahagia itu kau ubah menjadi kesedihan.
Terima kasih sekali lagi untukmu yang telah mengajarkanku arti
kesabaran karena menghadapi sikap-sikapmu di hari-hari terakhir kita yang tak
dapat kau mengerti rasanya menunggu.
Sekarang, tak ada lagi resah, tak ada lagi ragu, tak ada lagi
tangis, tak ada lagi sedih, dan tak ada lagi kecewa.
Selamat tinggal masa lalu. Kau hanyalah kenangan yang tak akan
menjadi masa depanku.
4 komentar:
terimakasih masa lalu, telah menjadi inspirasi terciptanya tulisan ini.. #ehh
apa yng sy harapkan ternyata tdk ada diblog ini.... :((
@Chaerul Anwar:woii masa lalu...selamat Anda mendapatkan banyak ucapan terima kasih...
@Arron Patinra':pesan singkatku hari ini cukup menjelaskan semuanya...
Posting Komentar