Sedih rasanya, jika orang yang diharapkan ternyata tidak mengharapkan kita seperti kita mengharapkannya.
Sedih rasanya mendapati orang yang diperjuangkan tidak memperjuangkan kita seperti kita memperjuangkannya.
Dan, sungguh sakit rasanya jika pengorbanan kita selama ini untuk seseorang terbalaskan dengan ketidakpeduliannya.
Sampai dimana dan sampai kapan kita akan menunggu keadilan jika bukan kita sendiri yang mengusahakannya ?
Pertanyaan ini sepertinya cermin atas masalah ketidakadilan ini. Tanya kembali pada diri, apakah saya menuntut keadilan telah berdasar pada usaha ? Ataukah hanya mengharap keadilan tanpa usaha ?
Tapi, bagaimana dengan pengorbanan yang saya bilang ? Apa itu tidak termasuk usaha ? Apakah pengorbanan hingga titik penghabisan tidak dianggap usaha ? Tolong, yang menjawab "iya", supaya datang dan jelaskan kepada saya, mengapa ?
Jika tak ada, maka saya bersih keras mengatakan bahwa pengorbananku selama ini merupakan usaha yang tak ternilai. Sehingga, pantas jika saya menuntut keadilan.
Hati ini meronta. Sakit ? Sangat !
Sabar atas keadaan saat ini menjadi pilihan terakhir. Hingga saatnya Yang Kuasa menunjukkan yang terbaik dan yang terpantas untuk membalas sakit hati ini, mungkin akan menjadi jawaban terbaik.
Satu yang pasti. TIDAK KUHARAPKAN ORANG YANG TIDAK MENGHARGAI PENGORBANANKU UNTUK HADIR DALAM KEHIDUPANKU YANG SELANJUTNYA. KARENA, HIDUPKU PATUT UNTUK KUPERJUANGKAN BERSAMA DENGAN ORANG-ORANG YANG TERPANTAS.
0 komentar:
Posting Komentar