Malam itu adalah malam Kamis,
disaat itu ku buka komputer jinjingku dan kubuka file rekaman video sewaktu
SMA. Satu persatu video kusaksikan, sambil mengenang kembali masa-masa laluku
bersama teman-teman. Mungkin ini adalah rasa rinduku yang kutuangkan melalui
video-video itu.
Alhasil, yang kulakukan sewaktu
menonton video itu, ku senyum-senyum sendiri sambil sesekali tertawa
melihatnya. Orang yang pada saat itu lewat di depan rumahku pun bertanya,
"kenapa ki' ketawa-ketawa sendiri Anthy?". Akupun tersadar dari
keasikanku oleh pertanyaan itu. Sambil senyum aku pun menjawab "kangenka
sama teman-teman SMA ku jadi kunontonki lagi videonya kelasku waktu
pensi". Dan dengan datarnya orang itu hanya menjawab "oh". Betapa
orang itu menganggap apa yang kulakukan tidaklah penting. "Iyalah, ndag
pentingki iya karena saya yg rasakan" gumamku dalam hati saat itu.
Ada yang lucu saat ku menonton
video itu, komputer jinjingku hampir saja terjatuh dari pangkuanku karena
nyamuk yang tidak hentinya hinggap di tubuhku. "gatalnya, pindahko nyamuk.
Ku gigit ko juga itu ". Berharap kata-kata yang kukeluarkan dapat
dimengerti oleh si nyamuk. Bagaimana tidak digigit nyamuk, aku menonton di
teras rumah. Pantaslah banyak nyamuk.
Setelah beberapa video yang
telah kusaksikan, tiba-tiba terpikirkan olehku untuk menulis sebuah catatan.
Tanpa memperdulikan orang-orang yang berada di sekelilingku, suara musik yang
cukup keras mengalun dari sebuah rumah di kompleks rumahku. Bahkan tetangga yang
ada dalam rumahku pun sempat kuacuhkan keberadaannya. Kucoba terus memusatkan
perhatian untuk terus dan terus mengetikkan satu persatu kata hingga terbentuk
beberapa kalimat dan tak kusangka tercipta beberapa paragraf.
Setelah kutulis catatan itu,
kembali kusaksikan sebuah video pembacaan puisi sebagai pengisi acara dalam
acara pensi kelasku. Dan kembali kutambahkan catatanku.
Sebuah video puisi yang
dibawakan oleh seorang sahabatku. Puisi yang dibawakannya tentang pengorbanan
guru dan orang tua. Di akhir video itu kusaksikan sepenggal kejadian yang
semakin membuat rasa rinduku semakin menjadi-jadi semakin meluap-luap. Di akhir
ia membacakan puisinya yang diiringi musik akustik ia menghampiri seorang guru
dan memberikan sebuah bucket bunga kepada sang guru, mencium tangannya dan
disambut hangat oleh sang guru dengan memberikan sebuah pelukan kasih sayang
kepada sahabatku. Orang yang menyaksikan pembacaan puisi itu terlihat sangat
memberikan apresiasi terhadap pertunjukan yang kami setting tersebut.
Saat kutambahkan isi catatanku
ini, kuberalih dari teras rumah menuju ruang tamu rumahku. Tidak tahan dengan
serangan nyamuk-nyamuk nakal. Tapi, ternyata setelah pindah tempat, tetap saja
tidak nyaman, karena sekarang bukan lagi nyamuk yang mengganggu tapi rasa panas
yang juga cukup mengganggu yang membuyarkan konsentrasiku. Mungkin itulah salah
satu penyebab kenapa paragraf di atas agak rancuh dibaca.
Maukah Anda tahu apa isi
catatan yang kubuat itu?
Jawabannya cukup singkat.
"sebenarnya dari tadi Anda
sudah mendapatkan jawabannya sebelum pertanyaan itu muncul di benak
Anda"...hehehe...
Yaa...inilah catatan yang
kumaksud itu.
Terserah Anda mau memaknai
catatan ini dengan makna apa. Itu hak Anda.
0 komentar:
Posting Komentar