Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Blogger Template From:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Membaca dan Terima Kasih atas Kunjungannya

Selasa, 07 Agustus 2012

DAN INI CARAKU MENGENANGMU (ketika tak ada lagi interaksi antara kita)


Kisah ini berawal ketika saya telah melewati berbagai syarat untuk menyandang predikat LULUS di bangku SMP. Mulai dari mengikuti tes berkas, kemudian dinyatakan diterima sebagai siswi, menjalani MOSB (Masa Orientasi Siswa Baru), berkenalan dengan teman-teman baru, mengikuti UTS (Ujian Tengah Semester) dan UAS (Ujian Akhir Semester) setiap tahunnya, naik kelas dan harus mati-matian mempertahankan predikat sebagai siswi yang mendapat kelas special (kelas unggulan), hingga akhirnya mengikuti UN (Ujian Nasional) dan dinyatakan LULUS. Ya, itulah berbagai rangkaian perjalanan panjang saya di bangku SMP kala itu, sekitar 7 tahun yang lalu, yang pastinya dipenuhi dengan berbagai kenakalan-kenakalan saya yang cukup berkembang pesat. Huwaahh, bukan itu tujuan saya kali ini untuk menceritakan hal itu.


*******

Saya masih ingat, ketika hari pengumuman tiba yang sekaligus dirangkaikan dengan acara penamatan siswa kelas tiga. Di benak saya yang muncul ketika berjalan masuk di aula sekolah tempat dilangsungkannya acara penamatan hanyalah kebebasan. Kebebasan karena merasa sudah sedikit berhasil melewati segala duka selama SMP (menderita banget yah kayaknya, ckckck). Dan cukuplah rasanya jika saya merayakan hal tersebut dengan tangisan haru yang secara spontan keluar dari pelupuk mata saya ketika saya harus berjalan ke podium aula untuk sekedar menerima piagam penghargaan sebagai siswi yang menerima predikat LULUS dengan peringkat ke empat. Sepertinya, saya memang ditakdirkan untuk selalu menjadi yang ke empat selama saya mengenyam bangku pendidikan di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah keatas. Tapi, saya berharap untuk kedepannya saya tidak rela lagi jika hanya mendapat peringkat ke empat. (Astaghfirullah…maruk banget yah…hehe…bercanda kok. Apapun itu, harus disyukuri semuanya !!! Iya kaaaannn ?? ).

Dalam benak saya, “Yes, sebentar lagi masuk SMA. Sebentar lagi bakalan pake baju putih abu-abu. Dan sebentar lagi saya bakalan bebas sharing dengan teman-teman dari SMA lain di suatu acara radio yang sudah menjadi acara favorit saya setiap pulang sekolah” (mungkin, ini semua karena pikiran saya sudah terkontaminasi dengan opini orang-orang sekitar, bahwa masa SMA adalah masa yang paling indah. Ababil banget yahh… :D )

Singkat cerita, saya mendafatar di SMA yang ada di daerah saya, mengikuti dan menyediakan berbagai berkas sebagai persyaratan penerimaan siswa baru hingga akhirnya dinyatakan diterima di sekolah tersebut. Saya pun mulai beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru. Berkenalan dengan beberapa teman baru. Untungnya, proses adaptasi ini terasa mudah saya lewati karena maklumlah kebanyakan dari siswa baru juga berasal dari SMP yang sama dengan saya. Senior-senior pun sama halnya, banyak yang sudah saya kenal. Meskipun demikian, tapi tetap saja tidak mudah mengambil hati senior. Apalagi mereka yang tercatat sebagai pengurus OSIS di sekolah baru saya. Meskipun kenal, tapi dalam situasi seperti ini kami serasa tidak saling kenal. Hmm..ini dia muaranya cerita saya.. Ya, senior oh senior…!!! 

tampak gerbang depan SMA 1 Tinggimoncong


Kisah dan pengalaman bersama mereka yang menyandang predikat sebagai SENIOR sepertinya tidak cukup jika saya ceritakan semuanya disini. Tapi, ada satu pengalaman yang kayaknya gak bakalan saya lupakan bersama mereka hingga akhir hayat (sadiss !!! :D), bukan karena dendam yah. Tapi, pengalaman tersebut terbilang cukup special bagi saya. Bukan special karena orang-orang yang terlibat, tapi special karena kejadiannya saja. (ehmm)

Pra MOSB pun berlangsung, para siswa baru dikumpulkan dilapangan basket sekolah dan langsung dibagikan ruangan untuk selanjutnya digunakan selama tiga hari untuk mengikuti MOS. Kami dibagi menjadi tiga kelas, kelas Nusa, kelas Bangsa, dan kelas Bahasa. Saat itu, hadir juga para senior dari pengurus OSIS yang juga turut serta menjadi panitia. Jumlah mereka sekitar tiga puluh orang. Mereka berdiri berjejer di hadapan kami. Satu per satu mereka diperkenalkan kepada siswa baru oleh seorang guru yang memang merupakan Pembina OSIS. Setelah semuanya selesai diperkenalkan, kami dibawa ke kelas masing-masing untuk dibagikan beberapa peraturan yang memang wajib untuk kami ikuti. Mulai dari asesoris yang terbilang cukup aneh, pake rok dari tali rafia yang dibentuk menyerupai rok wanita dari suku pedalaman, pita-pita yang digunakan di kepala, dan setiap harinya harus ditambah jumlahnya, dua kaleng minuman yang digantung di pinggang lengkap dengan tiga buah kelereng di dalamnya, tiga jenis kalung, yakni sisir, dot anak kecil, satu buah wortel dilengkapi dengan beberapa siung bawang merah dan bawang putih (udah kayak dukun aja) dan jika dilanggar, silahkan ikuti kata-kata ini “balik kanan ambil jatah” (masih ingat..haha), apalagi kalau bukan hukuman. 

Lapangan basket 


Hari-hari selama MOSB berlangsung rasanya kayak setahun. Lamaaaaa sekalii…saya sudah tidak sabar untuk menyelesaikan semuanya. Sempat muak dengan senior-senior yang setiap hari harus saya hadapi, minta tanda tangan lah, disuruh nyanyi, disuruh jalan jongkok, dan berbagai macam yang bisa membuat hati mereka puas (ups). Meski saya tahu, mereka sebenarnya baik hati kok :D.

Hari terakhir pun tiba. Dan disinilah kejadian yang saya bilang special terjadi. Waktu itu, setelah saya dan teman-teman selesai menerima materi tentang wawasan wiyatamandala (pengenalan lingkungan sekolah), senior-senior yang bertugas di kelas Bangsa masuk bersamaan sambil berteriak lantang dengan nada yang lain dari hari-hari sebelumnya. Gak bisa saya deskripsikan kayak gimana suaranya. Intinya, membuat bulu kuduk saya merinding. 

“semuanya duduk di tempat masing-masing, dan tunduk !“

Otomatis kami langsung duduk manis, eh salah, bukan duduk manis, tapi duduk pahit karena ketakutan sambil menunduk. Berbagai pertanyaan sudah numpuk di kepala saya.

“mau di apakan kita???”

Dan disaat menegangkan seperti inilah saya dan teman saya yang kebetulan duduk berdampingan saling berpegangan tanga, eratt sekalii. Dia ini adalah sahabat saya sejak SMP dan juga masih punya hubungan keluarga dengan saya. Tampaknya dia sama takutnya dengan saya. Kami hanya bisa pasrah dan berharap hari ini bisa berjalan secepat kilat. Pokoknya sudah tidak sanggup berlama-lama lagi dengan senior kami yang tercinta #uweeekk :D.




Ini dia sahabat sekaligus sepupu saya. Si Anhys, si Marcella..apa lagi yah panggilannya ?? Oiyaa, si Jombang...pisss sayangg...!!!

Tangan saya sudah penuh dengan keringat dan kaki yang terus saja gemetar. Sementara senior yang ada dihadapan kami terus saja ngoceh tidak jelas, dan masih dengan suara yang lantang. Tambah gemetar??? Ya !!! Saya pun mencoba menenangkan diri, menarik napas dalam-dalam karena hanya itu yang bisa saya lakukan. Saya yang tengah sibuk menenangkan diri waktu itu tiba-tiba dikagetkan dengan dua orang senior yang tiba-tiba berdiri di depan meja saya. Karena masih disuruh menunduk saya tidak bisa mengenali siapa sosok mereka yang nampaknya memang sengaja berdiri depan meja saya. Tapi dari gerak-gerik tubuh mereka yang hanya nampak setengah dari pandangan saya, bisa saya tebak bahwa mereka punya niat lain. Sepertinya saya akan jadi bahan tertawaan mereka berdua.

Saya tambah kaget ketika salah satu dari mereka menyuruh saya untuk menghadapkan wajah saya ke atas. Untung juga sih, leher saya sudah terasa pegal nunduk sekian lama..hehe. Seketika pula, saya pun menaikkan wajah dan duarrrr, dihadapan saya ternyata adalah MEREKA. Ya, mereka sangat familiar. Mereka adalah senior saya waktu SMP. Mereka adalah kak Aan dan kak Dadang. 

“Iya kak, kenapa? “

Saya pun mengeluarkan suara, tentunya dengan nada yang agak gemetar dengan pandangan yang begitu lirih menurut saya.

“berdiri !“ 

Mereka menyuruh saya berdiri. Karena saya adalah anak yang penurut, saya langsung saja berdiri tapi dengan menundukkan wajah. Takut ketahuan gemetaran sama mereka. Karena kalau ketahuan, bisa-bisa kejahilan mereka semakin menjadi-jadi terhadap saya.

Salah satu dari mereka kemudian membentak saya.

“isap dotnya !”

Dalam hati saya “Oh Tuhan, mau diapakan saya ???”. Tanpa berkomentar sedikitpun, saya mengikuti perintah mereka. Saya lalu mengisap dot yang tergantung di leher saya. Pasrah banget yah.. L

Setelah beberapa saat, mereka berdua tampak diam. Saya pun sedikit lega dan bersyukur Karena ternyata mereka hanya ingin melihat saya mengisap dot tanpa ada maksud lain. 

Tapi sayangnya, rasa lega itu tidak berlangsung lama. Saya tiba-tiba dikagetkan lagi oleh bentakan mereka. “Jangan tunduk !!! mengahadap keatas !!!”. Tidakkk…hati saya memberontak. Sayangnya, saya tidak mampu melawan kehendak mereka berdua. Sesaat setelah menghadapkan wajah saya kembali ke atas dan menatap mereka. Saya dikagetkan dengan suara khas jepretan kamera handphone. Saya lupa bagaimana bunyi kameranya..(huaahhh gak penting). Ternyata, mereka mengambil gambar saya yang tengah mengisap dot mirip anak kecil umur tiga tahun yang sangat imut, manis, lucu dan cantik (bukan narsis, tapi kenyataan..#ngakak) dan masih lengkap dengan berbagai asesoris aneh bin super duper lucu yang melekat erat di badan saya. Mereka sontak tertawa terbahak-bahak menatap layar handphone itu setelah mengambil gambar saya. Sebenarnya ini adalah pelanggaran. Tapi apa daya, mereka adalah senior dan saya hanyalah junior. Huahhhhh….!!! Dan hal seperti ini memang sangatlah berlaku pada situasi dan kondisi yang seperti ini. Jarak antara senior dan junior ketika MOSB adalah hal yang paling vital dalam lingkungan sekolah.

Saking jengkelnya, tanpa menunggu aba-aba dari mereka lagi, saya langsung saja duduk dan melepaskan dot yang ternyata saya nikmati sejak tadi. :D . Pengen nangis, tapi gak mungkin. Tambah malu saya kalau sampai saya mengeluarkan air mata untuk kedua kalinya selama MOSB berlangsung (ada kejadian di hari sebelumnya, yang membuat saya harus meneteskan air mata di depan teman-teman baru dan senior di lapangan upacara, kejadian ini juga gak bakalan saya lupa. Tapi, ini off the record…#sok).








Lapangan upacara tempat saya mewek pertama kali  :')

Saya hanya berharap semoga foto itu segera dihapus. Takutnya, nanti kalau saya sudah jadi orang terkenal dan foto itu tersebar, mau saya simpan dimana muka saya ??? (aslii…kepedean tingkat dewi.. :D). Untungnya lagi, kejadian buruk sebelumnya, ketika saya disuruh gigit ujung wortel yang belum dicuci sama sekali sampai putus tanpa dipegang dan harus mengunyahnya sampai ditelan tidak diabadikan seperti insiden isap dot tadi. Karena waktu itu, wajah kasihan saya betul –betul nampak. Kasiaaannn banget..nget..nget…Gigi sakit karena behel semi permanen yang saya gunakan waktu itu membuat saya harus membuat butiran-butiran air bening yang untungnya tidak sampai menetes di pipi dan hanya bermuara di pelupuk mata saya. Tapi gak apa-apa, kebetulan waktu itu saya juga lagi lapar…(double what !!! :D)

Hari ketiga pun selesai. Meski harus melewati puncak acara MOSB dengan berbagai adegan dramatis yang sudah disetting dengan baik oleh para panitia yang dilakoni langsung oleh senior yang sudah setia menghadapi kami.

Terima kasih saya ucapkan buat para senior. Tanpa pengalaman berharga selama tiga hari tersebut, mungkin kami tidak akan mengerti apa pentingnya sikap saling menghargai dan menyayangi. Melalui kegiatan tersebut saya juga mendapatkan pelajaran berharga, yakni belajar ikhlas dan belajar untuk saling memaafkan tanpa ada rasa dendam. Dan sejak saat itu pula, saya berharap untuk bisa menularkan pengalaman berharga saya ini kepada junior-junior saya nantinya. Tanpa bermaksud untuk balas dendam atau apalah yang bisa mencoreng citra senior di hadapan juniornya.


Kata senior dan junior jangan pernah dijadikan penghalang untuk saling berbagi. Dan saya berusaha untuk menerapkan hal tersebut. Terlebih, ketika beberapa bulan menjalani tahun pertama saya di sekolah itu, saya di daulat untuk memegang jabatan dalam kepengurusan inti OSIS hingga di tahun kedua dan ketiga saya masih bersyukur diberi kepercayaan untuk memberikan andil guna untuk membantu teman-teman anggota OSIS lain dalam menjalankan berbagai kegiatan di sekolah. Dan tentu saja, untuk dua tahun berikutnya, giliran saya yang memegang peran bersama teman-teman pengurus OSIS lainnya dalam kegiatan MOSB.


4 komentar:

Unknown mengatakan... Reply Comment

Kontradiksi dengan masa SMA Saya, saya gak "merasa" diospek.. kehidupan "nakalku" membuatku garing dengan hal2 yg dilakukan saat ospek.. gak kretaif.. semua hal bisa ditebak.. dan yang lebih penting, secuilpun sejak SMA saya gak pernah menyentuh yang namanya OSIS.. apa itu OSIS?? hwueekk #Lho.

Nurjayanti Anthy mengatakan... Reply Comment

@Chaerul Anwar:wahh..sepertinya mmg sangat "tidak suka" dengan hal-hal yang seperti ini yah kak. Tapi, saya yakin ketidaksukaan kk hanya berlaku di SMA, tdk di perguruan tinggi. Krn, sy masih ingat mention kk di akun twitternya kampus yang sepertinya setuju dengan OPAK agar maba bisa mengenal lingkungan kampus. Ini kalo gak salah yah kak. Haha...KITA MEMANG BERBEDA. TANPA PERBEDAAN KITA TIDAK AKAN PERNAH MENGERTI KEHIDUPAN.

Unknown mengatakan... Reply Comment

Iya.. iyaa... saya sangat menikmati perbdaan.. temasuk BESAR dengan KECIL *ehh. OPAK bedalah ma jaman SMA.. OPAK Mahasiswa itu penting sebagai sarana pewarisan informasi "fakta" tentang kampus dari sudut pandang dan pengalaman Senior2.

Nurjayanti Anthy mengatakan... Reply Comment

@Chaerul Anwar: klo hanya sekadar itu, kayaknya MOS yg saya jalani sewaktu SMA sama dengan OPAK. Hanya tingkatan yang berbeda. Dan..karena angkatan saya BATAL dilaksanakan jadi sy tidak bisa mengartikan lebih jauh ttg arti OPAK itu seperti apa.

Posting Komentar

 

Please Smile...!!!

Segalanya akan indah jika kita menyadari bahwa tak ada di dunia ini yang sia-sia