tampak gerbang depan SMA 1 Tinggimoncong
Kisah dan pengalaman bersama
mereka yang menyandang predikat sebagai SENIOR sepertinya tidak cukup jika saya
ceritakan semuanya disini. Tapi, ada satu pengalaman yang kayaknya gak bakalan
saya lupakan bersama mereka hingga akhir hayat (sadiss !!! :D), bukan karena
dendam yah. Tapi, pengalaman tersebut terbilang cukup special bagi saya. Bukan
special karena orang-orang yang terlibat, tapi special karena kejadiannya saja.
(ehmm)
Pra MOSB pun berlangsung, para
siswa baru dikumpulkan dilapangan basket sekolah dan langsung dibagikan ruangan
untuk selanjutnya digunakan selama tiga hari untuk mengikuti MOS. Kami dibagi
menjadi tiga kelas, kelas Nusa, kelas Bangsa, dan kelas Bahasa. Saat itu, hadir
juga para senior dari pengurus OSIS yang juga turut serta menjadi panitia.
Jumlah mereka sekitar tiga puluh orang. Mereka berdiri berjejer di hadapan
kami. Satu per satu mereka diperkenalkan kepada siswa baru oleh seorang guru
yang memang merupakan Pembina OSIS. Setelah semuanya selesai diperkenalkan,
kami dibawa ke kelas masing-masing untuk dibagikan beberapa peraturan yang
memang wajib untuk kami ikuti. Mulai dari asesoris yang terbilang cukup aneh,
pake rok dari tali rafia yang dibentuk menyerupai rok wanita dari suku
pedalaman, pita-pita yang digunakan di kepala, dan setiap harinya harus
ditambah jumlahnya, dua kaleng minuman yang digantung di pinggang lengkap
dengan tiga buah kelereng di dalamnya, tiga jenis kalung, yakni sisir, dot anak
kecil, satu buah wortel dilengkapi dengan beberapa siung bawang merah dan
bawang putih (udah kayak dukun aja) dan jika dilanggar, silahkan ikuti
kata-kata ini “balik kanan ambil jatah” (masih ingat..haha), apalagi kalau
bukan hukuman.
Lapangan basket
Hari-hari selama MOSB berlangsung
rasanya kayak setahun. Lamaaaaa sekalii…saya sudah tidak sabar untuk
menyelesaikan semuanya. Sempat muak dengan senior-senior yang setiap hari harus
saya hadapi, minta tanda tangan lah, disuruh nyanyi, disuruh jalan jongkok, dan
berbagai macam yang bisa membuat hati mereka puas (ups). Meski saya tahu,
mereka sebenarnya baik hati kok :D.
Hari terakhir pun tiba. Dan
disinilah kejadian yang saya bilang special terjadi. Waktu itu, setelah saya
dan teman-teman selesai menerima materi tentang wawasan wiyatamandala
(pengenalan lingkungan sekolah), senior-senior yang bertugas di kelas Bangsa
masuk bersamaan sambil berteriak lantang dengan nada yang lain dari hari-hari
sebelumnya. Gak bisa saya deskripsikan kayak gimana suaranya. Intinya, membuat
bulu kuduk saya merinding.
“semuanya duduk di tempat masing-masing, dan tunduk !“
Otomatis
kami langsung duduk manis, eh salah, bukan duduk manis, tapi duduk pahit karena
ketakutan sambil menunduk. Berbagai pertanyaan sudah numpuk di kepala saya.
“mau di apakan kita???”
Dan disaat menegangkan seperti
inilah saya dan teman saya yang kebetulan duduk berdampingan saling berpegangan
tanga, eratt sekalii. Dia ini adalah sahabat saya sejak SMP dan juga masih
punya hubungan keluarga dengan saya. Tampaknya dia sama takutnya dengan saya.
Kami hanya bisa pasrah dan berharap hari ini bisa berjalan secepat kilat.
Pokoknya sudah tidak sanggup berlama-lama lagi dengan senior kami yang tercinta
#uweeekk :D.
Ini dia sahabat sekaligus sepupu saya. Si Anhys, si Marcella..apa lagi yah panggilannya ?? Oiyaa, si Jombang...pisss sayangg...!!!
Tangan saya sudah penuh dengan
keringat dan kaki yang terus saja gemetar. Sementara senior yang ada dihadapan
kami terus saja ngoceh tidak jelas, dan masih dengan suara yang lantang. Tambah
gemetar??? Ya !!! Saya pun mencoba menenangkan diri, menarik napas dalam-dalam
karena hanya itu yang bisa saya lakukan. Saya yang tengah sibuk menenangkan
diri waktu itu tiba-tiba dikagetkan dengan dua orang senior yang tiba-tiba berdiri
di depan meja saya. Karena masih disuruh menunduk saya tidak bisa mengenali
siapa sosok mereka yang nampaknya memang sengaja berdiri depan meja saya. Tapi
dari gerak-gerik tubuh mereka yang hanya nampak setengah dari pandangan saya,
bisa saya tebak bahwa mereka punya niat lain. Sepertinya saya akan jadi bahan
tertawaan mereka berdua.
Saya tambah kaget ketika salah
satu dari mereka menyuruh saya untuk menghadapkan wajah saya ke atas. Untung
juga sih, leher saya sudah terasa pegal nunduk sekian lama..hehe. Seketika
pula, saya pun menaikkan wajah dan duarrrr, dihadapan saya ternyata adalah
MEREKA. Ya, mereka sangat familiar. Mereka adalah senior saya waktu SMP. Mereka adalah kak Aan dan kak Dadang.
Saya pun mengeluarkan suara, tentunya dengan nada yang agak
gemetar dengan pandangan yang begitu lirih menurut saya.
Mereka menyuruh saya berdiri. Karena saya adalah anak yang
penurut, saya langsung saja berdiri tapi dengan menundukkan wajah. Takut
ketahuan gemetaran sama mereka. Karena kalau ketahuan, bisa-bisa kejahilan mereka semakin menjadi-jadi terhadap saya.
Salah
satu dari mereka kemudian membentak saya.
Dalam hati saya “Oh Tuhan, mau
diapakan saya ???”. Tanpa berkomentar sedikitpun, saya mengikuti perintah
mereka. Saya lalu mengisap dot yang tergantung di leher saya. Pasrah banget
yah.. L
Setelah beberapa saat, mereka
berdua tampak diam. Saya pun sedikit lega dan bersyukur Karena ternyata mereka
hanya ingin melihat saya mengisap dot tanpa ada maksud lain.
Tapi sayangnya, rasa lega itu
tidak berlangsung lama. Saya tiba-tiba dikagetkan lagi oleh bentakan mereka.
“Jangan tunduk !!! mengahadap keatas !!!”. Tidakkk…hati saya memberontak.
Sayangnya, saya tidak mampu melawan kehendak mereka berdua. Sesaat setelah
menghadapkan wajah saya kembali ke atas dan menatap mereka. Saya dikagetkan
dengan suara khas jepretan kamera handphone. Saya lupa bagaimana bunyi
kameranya..(huaahhh gak penting). Ternyata, mereka mengambil gambar saya yang
tengah mengisap dot mirip anak kecil umur tiga tahun yang sangat imut, manis,
lucu dan cantik (bukan narsis, tapi kenyataan..#ngakak) dan masih lengkap
dengan berbagai asesoris aneh bin super duper lucu yang melekat erat di badan
saya. Mereka sontak tertawa terbahak-bahak menatap layar handphone itu setelah
mengambil gambar saya. Sebenarnya ini adalah pelanggaran. Tapi apa daya, mereka
adalah senior dan saya hanyalah junior. Huahhhhh….!!! Dan hal seperti ini memang sangatlah berlaku pada situasi dan kondisi yang seperti ini. Jarak antara senior dan junior ketika MOSB adalah hal yang paling vital dalam lingkungan sekolah.
Saking jengkelnya, tanpa menunggu
aba-aba dari mereka lagi, saya langsung saja duduk dan melepaskan dot yang
ternyata saya nikmati sejak tadi. :D . Pengen nangis, tapi gak mungkin. Tambah
malu saya kalau sampai saya mengeluarkan air mata untuk kedua kalinya selama
MOSB berlangsung (ada kejadian di hari sebelumnya, yang membuat saya harus
meneteskan air mata di depan teman-teman baru dan senior di lapangan upacara,
kejadian ini juga gak bakalan saya lupa. Tapi, ini off the record…#sok).
Lapangan upacara tempat saya mewek pertama kali :')
Saya hanya berharap semoga foto
itu segera dihapus. Takutnya, nanti kalau saya sudah jadi orang terkenal dan
foto itu tersebar, mau saya simpan dimana muka saya ??? (aslii…kepedean tingkat
dewi.. :D). Untungnya lagi, kejadian buruk sebelumnya, ketika saya disuruh
gigit ujung wortel yang belum dicuci sama sekali sampai putus tanpa dipegang
dan harus mengunyahnya sampai ditelan tidak diabadikan seperti insiden isap dot
tadi. Karena waktu itu, wajah kasihan saya betul –betul nampak. Kasiaaannn
banget..nget..nget…Gigi sakit karena behel
semi permanen yang saya gunakan waktu itu membuat saya harus membuat
butiran-butiran air bening yang untungnya tidak sampai menetes di pipi dan
hanya bermuara di pelupuk mata saya. Tapi gak apa-apa, kebetulan waktu itu saya
juga lagi lapar…(double what !!! :D)
Hari ketiga pun selesai. Meski
harus melewati puncak acara MOSB dengan berbagai adegan dramatis yang sudah
disetting dengan baik oleh para panitia yang dilakoni langsung oleh senior yang
sudah setia menghadapi kami.
Terima kasih saya ucapkan buat
para senior. Tanpa pengalaman berharga selama tiga hari tersebut, mungkin kami
tidak akan mengerti apa pentingnya sikap saling menghargai dan menyayangi.
Melalui kegiatan tersebut saya juga mendapatkan pelajaran berharga, yakni
belajar ikhlas dan belajar untuk saling memaafkan tanpa ada rasa dendam. Dan
sejak saat itu pula, saya berharap untuk bisa menularkan pengalaman berharga
saya ini kepada junior-junior saya nantinya. Tanpa bermaksud untuk balas dendam
atau apalah yang bisa mencoreng citra senior di hadapan juniornya.
Kata senior dan junior jangan
pernah dijadikan penghalang untuk saling berbagi. Dan saya berusaha untuk
menerapkan hal tersebut. Terlebih, ketika beberapa bulan menjalani tahun
pertama saya di sekolah itu, saya di daulat untuk memegang jabatan dalam
kepengurusan inti OSIS hingga di tahun kedua dan ketiga saya masih bersyukur
diberi kepercayaan untuk memberikan andil guna untuk membantu teman-teman
anggota OSIS lain dalam menjalankan berbagai kegiatan di sekolah. Dan tentu
saja, untuk dua tahun berikutnya, giliran saya yang memegang peran bersama
teman-teman pengurus OSIS lainnya dalam kegiatan MOSB.
|
4 komentar:
Kontradiksi dengan masa SMA Saya, saya gak "merasa" diospek.. kehidupan "nakalku" membuatku garing dengan hal2 yg dilakukan saat ospek.. gak kretaif.. semua hal bisa ditebak.. dan yang lebih penting, secuilpun sejak SMA saya gak pernah menyentuh yang namanya OSIS.. apa itu OSIS?? hwueekk #Lho.
@Chaerul Anwar:wahh..sepertinya mmg sangat "tidak suka" dengan hal-hal yang seperti ini yah kak. Tapi, saya yakin ketidaksukaan kk hanya berlaku di SMA, tdk di perguruan tinggi. Krn, sy masih ingat mention kk di akun twitternya kampus yang sepertinya setuju dengan OPAK agar maba bisa mengenal lingkungan kampus. Ini kalo gak salah yah kak. Haha...KITA MEMANG BERBEDA. TANPA PERBEDAAN KITA TIDAK AKAN PERNAH MENGERTI KEHIDUPAN.
Iya.. iyaa... saya sangat menikmati perbdaan.. temasuk BESAR dengan KECIL *ehh. OPAK bedalah ma jaman SMA.. OPAK Mahasiswa itu penting sebagai sarana pewarisan informasi "fakta" tentang kampus dari sudut pandang dan pengalaman Senior2.
@Chaerul Anwar: klo hanya sekadar itu, kayaknya MOS yg saya jalani sewaktu SMA sama dengan OPAK. Hanya tingkatan yang berbeda. Dan..karena angkatan saya BATAL dilaksanakan jadi sy tidak bisa mengartikan lebih jauh ttg arti OPAK itu seperti apa.
Posting Komentar