Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Blogger Template From:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Membaca dan Terima Kasih atas Kunjungannya

Jumat, 02 November 2012

ANALISIS TEKS PIDATO BARACK OBAMA DI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEORI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Barack Obama, presiden Amerika terpilih yang sangat terkenal dengan sosoknya yang kharismatik serta kepiawaiannya berbicara di depan umum dengan gayanya yang khas yang selalu membuat orang lain kagum akan setiap kalimat yang terlontar darinya, dan selalu membuat orang lain tertarik untuk mendengarkan. Bukan hanya di negaranya yang dijuluki sebagai negeri Paman Sam, ternyata di Indonesia sendiri Obama memiliki banyak pendengar, terbukti pada saat ia membawakan sebuah pidato dalam kuliah umum di Balairung Universitas Indonesia yang dihadiri 6.000 orang dari berbagai kalangan. Tidak heran memang, sebab Obama selalu menampilkan dan selalu memberikan sesuatu yang berbeda dalam setiap kesempatan.

Dalam kuliah umum tersebut, tepat pada pembukaan dan penutupan pidatonya, Obama menyapa hadirin dengan mengucapkan salam pembuka yang sering digunakan oleh masyarakt Indonesia, yakni “Assalamualaikum dan salam sejahtera”. Pengucapan salam tersebut merupakan pengaplikasian dari teori pengelolaan kecemasan/ketidakpastian, dimana pada teori tersebut menjelaskan bahwa untuk mengurangi kecemasan/ketidakpastian, pelaku komunikasi hendaknya focus pada perbedaan budaya masing-masing. Pengucapan salam tersebut, jelas menunjukkan bahwa Obama sangat memahami hal tersebut. Ia paham akan kebiasaan masyarakat Indonesia yang mayoritas masyarakatnya adalah umat Muslim. Sehingga, ia lebih memilih mengucapkan salam dengan langsung menggunakan salam pembuka sesuai dalam ajaran agama Islam, dan memadukannya dengan salam menggunakan bahasa Indonesia. Lain halnya jika kuliah umum tersebut berlangsung di negaranya atau di Negara lain, maka sudah dapat dipastikan, pengucapan salam seperti tadi tidak akan ia gunakan.

Dalam pengucapan salam tersebut, Obama sekaligus mempertegas kedatangannya di Indonesia bukanlah sebagai orang asing, akan tetapi merupakan bagian dari Indonesia. Terlebih pada saat ia mengucapkan beberapa kata dalam bahasa Indonesia, seperti “Indonesia bagian dari diri saya”, “bakso, sate”, “pulang kampong nih”, dan lain sebagainya. Tak terkecuali reaksi hadirin pada saat itu menunjukkan bahwa Obama sangat membuka diri, tidak kaku sehingga respon komunikan juga semakin baik. Dari reaksi itulah, maka dapat dikatakan bahwa kategori sosial Obama di mata masyarakat Indonesia adalah sebuah kedekatan hubungan dengan konotasi positif. Tidak hanya itu, melalui ucapan-ucapannya tersebut yang seketika mendapat respon dari hadirin, Obama mencoba melakukan pendekatan dengan menggunakan speech code theory yang bertujuan untuk menciptakan kondisi yang memadai agar mudah memahami bagaimana perilaku komunikasi yang akan sedang dan akan terjadi selanjutnya.

Beralih ke pernyataan-pernyataan selanjutnya, ketika Obama menceritakan pengalamannya pada saat ia dan keluarganya tinggal di Jakarta. “I first came to this country when my mother married an Indonesian man named Lolo Soetoro”. Dari pernyataan tersebut jelas terlihat adanya sebuah motif untuk berinteraksi dengan orang lain, melalui impression management, yang selalu berusaha untuk bagaimana mengatur ataupun mengolah kesan orang lain terhadap kita dengan tujuan akhir untuk beradaptasi. Begitu pula dengan Obama yang mencoba untuk melakukan adaptasi terhadap lingkungannya saat itu. 

Obama kemudian berkata “Most of all, I remember the people – the old men and women who welcomed us with smiles; the children who made a foreigner feel like a neighbor; and the teachers who helped me learn about the wider world”. Pernyataannya tersebut kembali mempertegas arti penting mengkategorikan orang lain dalam kehidupan sosial. Obama sangat jelas mengkategorikan orang-orang yang sebutkan tersebut yang secara langsung menggambarkan keramahan orang Indonesia ke dalam kategori adanya kedekatan hubungan antara dirinya dengan keluarganya terhadap masyarakat Indonesia.

Masih di awal pidatonya, Obama tampaknya mencoba untuk mengatasi masalah konflik antar umat beragama yang sempat menjadi berita terhangat di Amerika beberapa tahun lalu yang dipicu oleh adanya Teroris yang melakukan pengeboman di gedung putih dan kabarnya para pelaku mengakui dirinya sebagai umat Muslim, maka sejak saat itu Amerika sangat memarjinalkan umat Muslim yang berada di Amerika saat itu. Dengan adanya kasus tersebut, Obama melalui pidatonya ini melakukan sebuah kompromi dengan menyinggung isi dari UUD Indonesia, yang menekankan adanya sikap saling toleransi dan menghargai antar umat beragama. Kompromi tersebut tentu saja bertujuan untuk membina hubungan baik melalui penanganan konflik antara Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam dengan Amerika yang telah menjadi momok bagi bangsa yang memiliki kaum mayoritas masyarakat Muslim seperti Indonesia. Meskipun ketakutan bangsa Indonesia sendiri tidak begitu nampak, namun Obama tetap menyadari bahwa hal tersebut benar adanya. Penggalan kalimat tersebut berbunyi “And while my stepfather, like most Indonesians, was raised a Muslim, he firmly believed that all religions were worthy of respect. In this way, he reflected the spirit of religious tolerance that is enshrined in Indonesia’s Cunstitution, and that remains one of this country’s defining and inspiring characteristics”.

Dari beberapa penggalan pidato Obama, ditemukan beberapa pernyataan yang menggambarkan bagaimana konsep diri presiden Amerika tersebut. Obama selalu memaparkan bagaimana ramahnya masyarakat Indonesia terhadap dirinya, bagaimana penerimaan dan proses adaptasinya yang begitu menyenangkan kala ia dan keluarganya menetap di Indonesia pada saat ia masih kecil. Penuturan-penuturannya tersebut menggambarkan konsep diri Obama yang begitu lugas, namun tetap memberikan kesan bijaksana. Penyampaiannya tidak terkesan egois, tidak hanya sekedar menceritakan kemajuan negaranya, tapi juga menghadirkan kesan bahwa ia melakukan suatu integrasi bahwa Indonesia merupakan bangsa yang berkembang yang sangat memberikan kontribusi bagi Internasional. Begitu pula pada saat Obama menyampaikan rasa bahagianya mendapatkan pengormatan dari Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, dari situ kemudian semakin jelas bagaimana konsep diri yang ia terapkan. Pernyataannya tersebut jelas menggambarkan bahwa harga diri yang ia miliki di hadapan masyarakat Indonesia semakin meningkat sehingga kemampuan untuk berinteraksi semakin meningkat pula. 

Obama kemudian menceritakan lebih rinci pada saat Indonesia baru saja meraih kemerdekaannya, ia menceritakan bagaimana para pejuang bangsa berusaha mempertahankan kemerdekaan dan berlanjut ketika Indonesia mulai memasuki era reformasi. Semuanya diceritakan secara runtut. Dan dari penggambarannya tersebut Obama melakukan sebuah integrasi, dimana ia memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat Indonesia di era modern ini yang ingatannya tentang sejarah sudah mulai terkikis. Penuturan Obama mengenai hal ini jelas membuat kita masyarakat Indonesia harus berbesar hati dan harus malu mendengar putera Negara lain yang lebih mengenal seluk beluk bangsa kita daripada kita sendiri utamanya kepada para generasi penerus yang seolah tidak mau tahu tentang sejarah tersebut.

Lebih lanjut, Obama mengatakan bahwa “so taday, I return to Indonesia as a friend, but also as a President who seeks a deep and enduring partnership between our two countries”. Pemaparannya tersebut sekali lagi menekankan adanya proses pemberian kategori sosial orang lain yang dilakukan Obama terhadap bangsa Indonesia. Jelas sekali bahwa ia menjadikan Indonesia sebagai sahabat serta mitra dalam hubungan sosial, bukan hanya bagi dirinya, akan tetapi untuk membangun hubungan yang harmonis antara masyarakat Indonesia dan masyarakat Amerika melalui sebuah bentuk Kemitraan Komprehensif antara Amerika dan Indonesia yang telah disepakati antara kedua kepala Negara, antara Obama dan SBY.

Dalam bidang ekonomi, Obama juga menakankan adanya sebuah motif mengapa ia melakukan interaksi kepada bangsa Indonesia, yakni untuk menyampaikan informasi bahwa ia menginginkan adanya kerja sama yang baik antara Indonesia dan Amerika melalui perdagangan serta memberikan motivasi bahwa Indonesia mampu bersaing di dunia Internasional melalui bidang ekonomi. Bahkan, ia menambahkan bahwa jalinan kerjasama tersebut tidak hanya sekedar dalam bidang ekonomi akan tetapi mencakup beberapa bidang, seperti bidang pendidikan, yakni peningkatan kerjasama antara ilmuwan dan para ahli dalam melakukan penelitian untuk membangun kewirausahaan serta melakukan penambahan jumlah kuota pertukaran pelajar dan mahasiwa.

Tidak hanya menyinggung dan membicarakan mengenai bidang politik dan ekonomi, akan tetapi ia juga mencoba memasuki wilayah agama. Dimana wilayah tersebut merupakan sebuah kultur dengan high conteks yang tentunya menyangkut seluruh masyarakat Indonesia yang mayoritas merupakan masyarakat beragama. Melakukan kompromi terhadap masalah yang cukup vital ini adalah jalan terbaik untuk mengatasi masalah antar agama yang ada di Indonesia maupun di Amerika demi mencapai kedamaian antara umat beragama di belahan duni manapun. 

Tidak berhenti sampai disitu dan tidak hanya menerapkan kompromi dalam penanganan masalah keagamaan yang terjadi, khususnya masalah keagamaan antara Amerika dengan Afghanistan serta perang yang telah berlangsung selama berabad-abad dengan Irak. Tetapi, adanya perpaduan antara kompromi serta integrasi dalam penanganan yang diterapkan dalam kepemimpinannya. Obama menjelaskan bahwa saat ini ia telah berkoalisi dengan Negara-negara lain untuk menyelamatkan masa depan Afghanistan serta upaya pemerintah Amerika untuk segera mengakhiri perpecahannya dengan Irak. Jelas, Obama telah memberikan sebuah solusi melalui sistem kompromi sebagai bentuk bahwa ia telah mengambil jalan tengah yang tidak merugikan pihak manapun malah akan memberikan dampak positif bagi keduanya untuk kembali membangun hubungan yang harmonis. Sementara, sistem integrasi disini merupakan bentuk pemberian informasi kepada masyarakat Indonesia bahwa Amerika bukanlah Negara yang kejam, bukan Negara yang otoriter seperti yang dibayangkan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Dan dari penerapan kedua sistem tersebut, Obama mengerti dengan sangat baik apa yang ada dipikiran masyarakat Indonesia, bagaimana tanggapan masyarakat Indonesia setiap kali mendengar kasus-kasus yang melibatkan Amerika dengan Irak. Dan melalui upaya tersebut, Obama berharap dapat berimbas kepada terciptanya kembali perdamaian di tengah-tengah Negara Timur Tengah yang kita ketahui hingga saat ini perpecahan antara Palestina dan Israel yang selalu menyisakan cerita pilu.

Ada hal menarik baru, ketika Obama mengungkapkan harapannya terhadap sejarah Amerika dan Indonesia, ia mengungkapkan akan kesamaan semboyan kedua Negara ini. Amerika dengan semboyannya “E pluribus unum – dari banyak, muncul satu” dan Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika-persatuan dalam keragaman”. Perbedaan pengucapan dari Negara yang berbeda dengan makna dan maksud yang sama. Kata yang berbeda dalam dua kultur Negara yang berbeda namun memiliki kesamaan makna. 

Di akhir pidatonya, semakin jelas terasa sikap Obama yang semakin membuka diri untuk mewakili negaranya menyampaikan pesan damai kepada seluruh Negara terkhusus kepada Indonesia. Ia juga semakin mempertegas adanya niat yang baik untuk menciptakan perdamaian antara Amerika dan seluruh dunia melalui pemberian kategori sosial dengan jalan menjadikan Indonesia dan Negara-negara lain sebagai mitra, sebagai sahabat dalam mewujudkan perdamaian tersebut. Utamanya dalam bidang keagamaan. 

Dan sebagai kesimpulan terhadap isi pidato Obama kali ini ialah bahwa dalam penyampaian pesan, Obama terlihat begitu memahami isi hati dan pikiran masyarakat Indonesia, sehingga reaksi yang ia dapatkan bernilai positif yakni penyambutan yang cukup mendapatkan apresiasi dari hadirnya hadirin yang berasal dari berbagai kalangan. Obama menunjukkan kecintaannya terhadap Indonesia, dengan menceritakan berbagai pengalamannya selama ia dan keluarganya menetap di Indonesia serta menyinggung tentang sejarah bangsa kita, dan dari sini kita bisa memahami bahwa ia telah mengikusertakan nilai budaya yang mencakup high conteks yakni masalah keluarga dan keagamaan. Selain itu, ia juga mau membuka diri serta mau mengutarakan berbagai solusi serta pikirannya atas berbagai permasalahn yang muncul di Indonesia maupun di dunia internasional. Gayanya yang lugas, santun dan bijaksana betul-betul meninggalkan kesan bahwa kedatangannya di Indonesia sangatlah memberikan pengaruh terhadap perkembangan bangsa kedepannya. Dan selalu berharap agar motifnya untuk berinteraksi dengan masyarakat Indonesia ini akan terwujud, seiring dengan hilangnya berbagai masalah dan perpecahan dan tergantikan dengan satu bentuk hubungan harmonis dalam perdamaian.

2 komentar:

Rohis Facebook mengatakan... Reply Comment

tulisanx panjang banget...! *smile

salam kenal, folbek ya.., thx..

Makassr bisa tonjieee.. :)

Nurjayanti Anthy mengatakan... Reply Comment

@Rohis Facebook: panjang yah??? yah maklum lah, kewajiban dari dosen.. :D
Salam kenal balik :)

Posting Komentar

 

Please Smile...!!!

Segalanya akan indah jika kita menyadari bahwa tak ada di dunia ini yang sia-sia