Hai, hello, halo, hola, yuhuuuu
para Blogger :D
Izinkan saya berbagi lagi yah J
Sebelum panjang lebar, saya ingin
sedikit menuangkan apa yang sedang berkecamuk di pikiran saya pada saat postingan
ini dibuat.
“Jika hati gelisah, pikiran
positiflah obatnya. Jika pikiran negatif mengganggu, gerakkan hati untuk
melawannya”.
Alhamdulillah…kemarin dapat juara
dua lomba cerpen inspiratif “LIFE TO TELL” yang dilaksanakan oleh MIB
(Macazzart Indie Book), yang sempat saya ceritakan pada postingan sebelumnya.
Dan itu berarti saya dapat hadiah tiga buku best seller. Selain dapat buku,
saya dapat sertifikat plus karya saya
akan diterbitkan dalam bentuk buku bersama lima belas karya lainnya yang
menjadi peserta pada lomba tersebut.
Kali ini saya tidak mau cerita
banyak tentang bagaimana sampai akhirnya saya bisa mendapatkan juara dua. Tapi,
saya akan mengulas sedikit tentang salah satu buku hadiah yang saya dapatkan
dari lomba tersebut. O iya, saya belum menyebutkan buku apa saja yah.
Baiklah, buku yang pertama, buku
Uzt. Felix Siauw yang berjudul “Udah, Putusin Aja !”. Membaca buku yang satu
ini cukup menyesakkan hati para remaja yang tidak berstatus jomblo alias punya
pacar. Jangan tanya kenapa ! Karena, dari judulnya saja udah ketahuan apa isi
buku tersebut. Larangan buat pacarannya terpampang nyata. :D. Buku Uzt Felix
bagi saya sangat menarik. Mulai dari covernya yang berwarna pink hingga
visualisasi yang unik serta kalimat yang digunakan sangat mudah dicerna. Buat
para remaja Islam, buku ini sangat direkomendasikan.
Buku yang kedua, sebuah novel terjemahan yang sudah difilmkan selama 13 kali. The Lady Of The the Camellias.
Novel karya Alexandre Dumas Jr ini menyuguhkan kisah cinta yang dipenuhi
konflik dan pastinya akan menguras emosi para pembaca. Kisah cinta yang
ditonjolkan dalam novel ini ialah tentang ketulusan cinta antara Marguerite
yang merupakan seorang wanita penghibur dan Armand kekasihnya. Novel ini juga
sebelumnya pernah diterbitkan dengan judul “Gadis Berbunga Kamelia”.
Buku yang ketiga adalah kisah
inspiratif Oki Setiana Dewi (pemeran utama dalam film Ketika Cinta Bertasbih).
Buku ketiga inilah yang rasanya cukup memberikan saya motivasi ketika
membacanya. Dari buku ini pulalah muncul inspirasi saya untuk menulis postingan
ini.
Memang pantas jika buku tersebut
dimasukkan dalam kategori kisah inspiratif. Judul bukunya ialah “Pernik Cinta
Oki Setiana Dewi, Sejuta pelangi”. Buku ini merupakan buku kedua Oki setelah
buku pertamanya yang berjudul “Melukis Pelangi”. Kata pelangi selalu saja
muncul di buku pertama dan buku keduanya. Alasan yang dapat saya tangkap ialah
karena Oki menganggap bahwa tidak ada orang yang tidak menyukai pelangi. Karena
pelangi indah dan memesona. Selain itu, menurut Oki pelangi itu terdiri dari
susunan fragmen warna, yang berarti bahwa setiap kehidupan orang berbeda-beda.
Sehingga, untuk menyikapi perbedaan itu kita tidak perlu menghadirkan sikap
yang tidak sepantasnya kita tunjukkan pada orang lain yang pasti memiliki kehidupan
yang berbeda dengan kita.
Baru saya membaca kalimat-kalimat
pengantar yang dituturkan Oki pada bukunya tersebut, saya sudah
mengangguk-angguk tanda setuju terhadap pikiran-pikirannya. Alasan kenapa harus
kata pelangi yang menjadi judul tersebut, juga berhasil membuat saya berdecak
kagum. Dari alasan tersebt saya berpikir bahwa memang betul setiap kita yang
ada dimuka bumi ini berbeda. Mungkin cenderung sama, tapi pasti beda juga pada
akhirnya. Tidak pernah terbayangkan jika setiap manusia memiliki karakter yang
sama. Membosankan sekali pastinya. Dari sini pula saya berpikir, tidak ada
gunanya membandingkan diri dengan orang lain jika tujuannya hanya untuk
menyudutkan satu pihak. Bukankah Allah menciptakan kita dengan kelebihan dan
kekurangan masing-masing ? Jadi, untuk apa lagi kita terus mencari-cari tanpa
berusaha menghadirkan apa yang tidak ada
pada diri kita.
Buku ini belum rampung saya baca,
tapi sudah banyak bagian yang menarik dan lagi-lagi membuat saya
mengangguk-angguk dan berdecak kagum ketika membacanya. Pada sebuah bagian
catatan Oki yang berjudul “Bangkit dan Kejarlah Cita-Citamu”, Oki mengutip
sebuah kalimat dari Bridesmaids, bahwa “Berbahagialah ketika kamu berada di
titik terendah dalam hidupmu, karena tidak ada lagi jalan untukmu selain ke
atas”. Catatan Oki tersebut ia tulis berdasarkan pengalaman seorang temannya
yang harus menikah muda karena terlanjur mengandung janin yang tidak pernah ia
harapkan. Meski pacarnya mau bertanggung jawab, tapi apa artinya sebuah
tanggung jawab jika hanya sesaat. Teman Oki tersebut hanya sekadar dinikahi
namun tidak didampingi untuk membesarkan anaknya. Tanggung jawab sesaat dan
bagi saya hanya laki-laki pengecut yang mampu berbuat demikian. Ia membesarkan
anaknya sendiri, mencari nafkah sendiri, dan berusaha bangkit sendiri dari
keterpurukan. Dari kekhilafannya ia mampu bangkit hingga akhirnya ia mampu
bertahan hidup dan membiayai anaknya sendiri dari hasil bisnis online yang
digelutinya. Sungguh, wanita yang sempat khilaf namun menjelma menjadi ibu yang
luar biasa !.
Bagian selanjutnya yang cukup membekas
di hati saya adalah ketika Oki menulis catatannya yang berjudul “Semangat
Ibadah Itu, Perlu !”. Ia bercerita tenang seorang bocah kecil bernama Rakan
yang juga merupakan adik dari salah seorang teman Oki. Cerita itu muncul ketika
Oki, Rakan dan teman-temannya melaksanakan Iktikaf di sebuah masjid. Oki kagum
terhadap semangat beribadah Rakan. Jarang kita melihat ada anak kecil yang mau
ikut beriktikaf, sedang esensi dari ibadah tersebut juga belum ia pahami betul.
Usut punya usut, ternyata keluarga Rakan sudah membiasakan Rakan untuk selalu
ikut beribadah. Terutama ayahnya yang selalu mengajarkannya keteladanan.
Ayahnya tidak begitu banyak menasehati dengan lisan tapi dengan perbuatan.
Teori yang terbilang cukup klasik, tapi masih eksis dan buktinya lihatlah
Rakan, ia mampu menjalankan perintah Allah di usianya yang belum memiliki
kewajiban untuk menunaikannya. Ternyata, kuncinya adalah keluarga. Terbersit
dibenak saya, kelak jika sudah berkeluarga, bersama suami akan kuteladani
metode keluarga Rakan dalam mendidik anak-anaknya. Insya Allah, akan muncul
Rakan-Rakan selanjutnya pada keluargaku nanti. Aamiin J Wahai engkau calon imamku, BACALAH TULISAN INI !.
Masih ada lagi satu bagian yang
nampaknya semakin memantapkan hati saya menggantungkan cita-cita yang sudah
sejak lama diendapkan oleh rasa pesimis. Kini, optimisku berhasil membuatnya
bangkit. Catatan OSD (Oki Setiana Dewi) yang berjudul “Terus Menginspirasi,
Meski Rambut Memutih”. Catatan Oki kali ini membuat saya malu. Oki bercerita
tentang kisah seorang Emak yang masih semangat mengejar ilmu di usia yang sudah
lanjut. Oki mengungkapkan bahwa dari kisah Emak tersebutlah semangat untuk
melanjutkan kuliahnya semakin menyala. Begitupun dengan saya. Rasanya sudah
ingin cepat-cepat menyelesaikan strata satu dan kembali melanjutkan pendidikan.
Saya juga ingin berbagi, berbagi apa saja, termasuk ilmu. Kelak, kepada
calon-calon sarjana setelahku. I wanna
be a lecturer, God Willing. Semoga langkah ini dipermudah jalannya oleh-Mu
Yaa Rabb.
Saya pun selalu yakin bahwa
orang-orang yang selalu menuntut ilmu akan ditinggikan derajatnya oleh Allah
sebagaimana Allah telah berfirman pada QS. Al-Mujadilah (58) : 11, “Niscaya Allah akan mengangkat (derajat)
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat”. Sebab, ilmu tidak terbatas pada konteks
akademik saja, kehidupan nyata pun perlu ilmu.
Ilmu itu sumbernya dimana-mana.
Jadi, tidak ada alasan untuk tidak menuntut ilmu. Kapanpun dan dimanapun !
0 komentar:
Posting Komentar