Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Blogger Template From:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Membaca dan Terima Kasih atas Kunjungannya

Senin, 08 April 2013

Ulasan buku PERNIK CINTA OKI SETIANA DEWI, SEJUTA PELANGI. (Persembahan special untuk 6 bulan kita)


Hai, hello, halo, hola, yuhuuuu para Blogger :D
Izinkan saya berbagi lagi yah J
Sebelum panjang lebar, saya ingin sedikit menuangkan apa yang sedang berkecamuk di pikiran saya pada saat postingan ini dibuat.
“Jika hati gelisah, pikiran positiflah obatnya. Jika pikiran negatif mengganggu, gerakkan hati untuk melawannya”.

Baik, langsung saja…



Alhamdulillah…kemarin dapat juara dua lomba cerpen inspiratif “LIFE TO TELL” yang dilaksanakan oleh MIB (Macazzart Indie Book), yang sempat saya ceritakan pada postingan sebelumnya. Dan itu berarti saya dapat hadiah tiga buku best seller. Selain dapat buku, saya dapat sertifikat plus karya saya akan diterbitkan dalam bentuk buku bersama lima belas karya lainnya yang menjadi peserta pada lomba tersebut.

Kali ini saya tidak mau cerita banyak tentang bagaimana sampai akhirnya saya bisa mendapatkan juara dua. Tapi, saya akan mengulas sedikit tentang salah satu buku hadiah yang saya dapatkan dari lomba tersebut. O iya, saya belum menyebutkan buku apa saja yah.

Baiklah, buku yang pertama, buku Uzt. Felix Siauw yang berjudul “Udah, Putusin Aja !”. Membaca buku yang satu ini cukup menyesakkan hati para remaja yang tidak berstatus jomblo alias punya pacar. Jangan tanya kenapa ! Karena, dari judulnya saja udah ketahuan apa isi buku tersebut. Larangan buat pacarannya terpampang nyata. :D. Buku Uzt Felix bagi saya sangat menarik. Mulai dari covernya yang berwarna pink hingga visualisasi yang unik serta kalimat yang digunakan sangat mudah dicerna. Buat para remaja Islam, buku ini sangat direkomendasikan.

 

Buku yang kedua, sebuah novel terjemahan yang sudah difilmkan selama 13 kali. The Lady Of The the Camellias. Novel karya Alexandre Dumas Jr ini menyuguhkan kisah cinta yang dipenuhi konflik dan pastinya akan menguras emosi para pembaca. Kisah cinta yang ditonjolkan dalam novel ini ialah tentang ketulusan cinta antara Marguerite yang merupakan seorang wanita penghibur dan Armand kekasihnya. Novel ini juga sebelumnya pernah diterbitkan dengan judul “Gadis Berbunga Kamelia”.



Buku yang ketiga adalah kisah inspiratif Oki Setiana Dewi (pemeran utama dalam film Ketika Cinta Bertasbih). Buku ketiga inilah yang rasanya cukup memberikan saya motivasi ketika membacanya. Dari buku ini pulalah muncul inspirasi saya untuk menulis postingan ini.



Memang pantas jika buku tersebut dimasukkan dalam kategori kisah inspiratif. Judul bukunya ialah “Pernik Cinta Oki Setiana Dewi, Sejuta pelangi”. Buku ini merupakan buku kedua Oki setelah buku pertamanya yang berjudul “Melukis Pelangi”. Kata pelangi selalu saja muncul di buku pertama dan buku keduanya. Alasan yang dapat saya tangkap ialah karena Oki menganggap bahwa tidak ada orang yang tidak menyukai pelangi. Karena pelangi indah dan memesona. Selain itu, menurut Oki pelangi itu terdiri dari susunan fragmen warna, yang berarti bahwa setiap kehidupan orang berbeda-beda. Sehingga, untuk menyikapi perbedaan itu kita tidak perlu menghadirkan sikap yang tidak sepantasnya kita tunjukkan pada orang lain yang pasti memiliki kehidupan yang berbeda dengan kita.

Baru saya membaca kalimat-kalimat pengantar yang dituturkan Oki pada bukunya tersebut, saya sudah mengangguk-angguk tanda setuju terhadap pikiran-pikirannya. Alasan kenapa harus kata pelangi yang menjadi judul tersebut, juga berhasil membuat saya berdecak kagum. Dari alasan tersebt saya berpikir bahwa memang betul setiap kita yang ada dimuka bumi ini berbeda. Mungkin cenderung sama, tapi pasti beda juga pada akhirnya. Tidak pernah terbayangkan jika setiap manusia memiliki karakter yang sama. Membosankan sekali pastinya. Dari sini pula saya berpikir, tidak ada gunanya membandingkan diri dengan orang lain jika tujuannya hanya untuk menyudutkan satu pihak. Bukankah Allah menciptakan kita dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing ? Jadi, untuk apa lagi kita terus mencari-cari tanpa berusaha menghadirkan  apa yang tidak ada pada diri kita.

Buku ini belum rampung saya baca, tapi sudah banyak bagian yang menarik dan lagi-lagi membuat saya mengangguk-angguk dan berdecak kagum ketika membacanya. Pada sebuah bagian catatan Oki yang berjudul “Bangkit dan Kejarlah Cita-Citamu”, Oki mengutip sebuah kalimat dari Bridesmaids, bahwa “Berbahagialah ketika kamu berada di titik terendah dalam hidupmu, karena tidak ada lagi jalan untukmu selain ke atas”. Catatan Oki tersebut ia tulis berdasarkan pengalaman seorang temannya yang harus menikah muda karena terlanjur mengandung janin yang tidak pernah ia harapkan. Meski pacarnya mau bertanggung jawab, tapi apa artinya sebuah tanggung jawab jika hanya sesaat. Teman Oki tersebut hanya sekadar dinikahi namun tidak didampingi untuk membesarkan anaknya. Tanggung jawab sesaat dan bagi saya hanya laki-laki pengecut yang mampu berbuat demikian. Ia membesarkan anaknya sendiri, mencari nafkah sendiri, dan berusaha bangkit sendiri dari keterpurukan. Dari kekhilafannya ia mampu bangkit hingga akhirnya ia mampu bertahan hidup dan membiayai anaknya sendiri dari hasil bisnis online yang digelutinya. Sungguh, wanita yang sempat khilaf namun menjelma menjadi ibu yang luar biasa !.

Bagian selanjutnya yang cukup membekas di hati saya adalah ketika Oki menulis catatannya yang berjudul “Semangat Ibadah Itu, Perlu !”. Ia bercerita tenang seorang bocah kecil bernama Rakan yang juga merupakan adik dari salah seorang teman Oki. Cerita itu muncul ketika Oki, Rakan dan teman-temannya melaksanakan Iktikaf di sebuah masjid. Oki kagum terhadap semangat beribadah Rakan. Jarang kita melihat ada anak kecil yang mau ikut beriktikaf, sedang esensi dari ibadah tersebut juga belum ia pahami betul. Usut punya usut, ternyata keluarga Rakan sudah membiasakan Rakan untuk selalu ikut beribadah. Terutama ayahnya yang selalu mengajarkannya keteladanan. Ayahnya tidak begitu banyak menasehati dengan lisan tapi dengan perbuatan. Teori yang terbilang cukup klasik, tapi masih eksis dan buktinya lihatlah Rakan, ia mampu menjalankan perintah Allah di usianya yang belum memiliki kewajiban untuk menunaikannya. Ternyata, kuncinya adalah keluarga. Terbersit dibenak saya, kelak jika sudah berkeluarga, bersama suami akan kuteladani metode keluarga Rakan dalam mendidik anak-anaknya. Insya Allah, akan muncul Rakan-Rakan selanjutnya pada keluargaku nanti. Aamiin J Wahai engkau calon imamku, BACALAH TULISAN INI !.

Masih ada lagi satu bagian yang nampaknya semakin memantapkan hati saya menggantungkan cita-cita yang sudah sejak lama diendapkan oleh rasa pesimis. Kini, optimisku berhasil membuatnya bangkit. Catatan OSD (Oki Setiana Dewi) yang berjudul “Terus Menginspirasi, Meski Rambut Memutih”. Catatan Oki kali ini membuat saya malu. Oki bercerita tentang kisah seorang Emak yang masih semangat mengejar ilmu di usia yang sudah lanjut. Oki mengungkapkan bahwa dari kisah Emak tersebutlah semangat untuk melanjutkan kuliahnya semakin menyala. Begitupun dengan saya. Rasanya sudah ingin cepat-cepat menyelesaikan strata satu dan kembali melanjutkan pendidikan. Saya juga ingin berbagi, berbagi apa saja, termasuk ilmu. Kelak, kepada calon-calon sarjana setelahku. I wanna be a lecturer, God Willing. Semoga langkah ini dipermudah jalannya oleh-Mu Yaa Rabb.  


Saya pun selalu yakin bahwa orang-orang yang selalu menuntut ilmu akan ditinggikan derajatnya oleh Allah sebagaimana Allah telah berfirman pada QS. Al-Mujadilah (58) : 11, “Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. Sebab, ilmu tidak terbatas pada konteks akademik saja, kehidupan nyata pun perlu ilmu.

Ilmu itu sumbernya dimana-mana. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak menuntut ilmu. Kapanpun dan dimanapun ! 



0 komentar:

Posting Komentar

 

Please Smile...!!!

Segalanya akan indah jika kita menyadari bahwa tak ada di dunia ini yang sia-sia